Alamanahjurnalis.com - Sebagian besar negara Eropa saat ini dilanda gelombang panas. Suhu harian di Portugal dikabarkan mencapai 46,6 derajat Celsius.
Dilansir dari BBC News pada Rabu (2/7/2025), Spanyol dan Inggris juga melaporkan cuaca panas sepanjang Juni sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah.
Layanan cuaca Spanyol, Aemet, menyatakan bahwa sepanjang Juni suhu rata-rata mencapai 23,6 derajat Celsius. Angka itu telah memecahkan rekor, bahkan melampaui rata-rata normal untuk bulan Juli dan Agustus.
Di Inggris, Kantor Meteorologi mencatat suhu rata-rata Juni 16,9 derajat Celsius sebagai rekor baru untuk bulan tersebut. Angka suhu tersebut menjadikan Juni terpanas kedua di Inggris sejak pencatatan dimulai pada 1884.
Menurut laporan Badan Meteorologi Portugal, IPMA, daratannya mencatat rekor suhu harian pada Juni sebesar 46,6 derajat Celsius di Mora, sekitar 60 mil sebelah timur Lisbon pada Minggu lalu. Suhu malam hari bahkan mencapai 28 derajat Celsius di Seville dan 27 derajat Celsius di Barcelona hingga Selasa.
Sementara itu, Inggris mencatat suhu 34,7 derajat Celsius di St James's Park, London pada Selasa (1/7/2025). Suhu tersebut menjadikannya hari terpanas tahun ini. Pada Senin, suhu harian tertinggi di Inggris tercatat di Bandara Heathrow (33,1 derajat Celsius), sedangkan Wimbledon mencatat 32,9 derajat Celsius, menjadikannya hari pembukaan turnamen tenis terpanas yang pernah ada.
Kantor Meteorologi menyatakan suhu rata-rata Inggris pada Juni adalah 15,2 derajat Celsius, tertinggi kedua yang pernah tercatat untuk bulan itu.
"Hanya terlampaui pada Juni 2023 yang mencatat 15,8 derajat Celsius," kata badan tersebut.
Gelombang panas ini telah memicu dampak serius di berbagai negara. Di Turki, kebakaran hutan memaksa evakuasi lebih dari 50 ribu orang, sebagian besar dari provinsi barat Izmir.
Kebakaran juga melanda Bilecik, Hatay, Sakarya, dan Manisa. Menteri Kehutanan Turki Ibrahim Yumakli mengungkapkan bahwa tim darurat telah menanggapi 263 kebakaran hutan di seluruh negeri selama tiga hari terakhir.
Sementara itu, di Prancis, gelombang panas berlanjut pada Selasa, sehari setelah banyak kota mengalami malam dan siang terpanas yang pernah tercatat di bulan Juni. Bandara Paris Orly mencatat suhu 37,6 derajat Celsius. Puncak Menara Eiffel di Paris bahkan ditutup akibat gelombang panas ekstrem. Menteri Iklim Prancis Agnès Pannier-Runacher menyebutnya sebagai situasi yang "belum pernah terjadi sebelumnya."
Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, wilayah Paris mengaktifkan peringatan merah, peringatan panas ekstrem tertinggi, bersama dengan 15 wilayah Prancis lainnya. Sebanyak 1.896 sekolah dan perguruan tinggi di Prancis ditutup pada Selasa siang akibat cuaca panas.
Italia juga tidak luput dari dampak. Wilayah Tuscany melaporkan peningkatan 20% pada jumlah pasien rawat inap di rumah sakit. Warga di 21 dari 27 kota Italia mengalami peringatan suhu panas tertinggi, dan 13 wilayah, termasuk Lombardy dan Emilia, diimbau untuk tidak keluar rumah selama periode terpanas.
Di Lombardy, bekerja di luar ruangan bahkan dilarang dari pukul 12.30 hingga 16.00 pada hari-hari panas di lokasi konstruksi, jalan raya, dan pertanian hingga September.
Suhu di Yunani mendekati 40 derajat Celsius selama beberapa hari. Hal tersebut menyebabkan kebakaran hutan di kota-kota pesisir dekat Athena, menghancurkan rumah, dan memaksa evakuasi.
Jerman juga memperingatkan suhu dapat mencapai hampir 38 derajat Celsius pada Selasa dan Rabu, berpotensi memecahkan rekor.
Gelombang panas ini juga menurunkan tingkat air Sungai Rhine, jalur pelayaran utama, membatasi muatan kapal kargo dan meningkatkan biaya pengangkutan.
Negara-negara Balkan, termasuk Montenegro, juga berjuang melawan panas menyengat dan melaporkan kebakaran hutan.
Richard Allan, Profesor Ilmu Iklim di Universitas Reading, Inggris, menjelaskan bahwa meningkatnya kadar gas rumah kaca membuat planet ini lebih sulit menghilangkan kelebihan panas.
"Suasana yang lebih hangat dan lebih haus lebih efektif dalam mengeringkan tanah, yang berarti gelombang panas semakin parah, dengan peristiwa panas sedang kini menjadi ekstrem," jelasnya.
Sumber: beritanasional.com