Alamanahjurnalis.com – Para astronom mencatat peristiwa tabrakan dua lubang hitam paling masif yang pernah terdeteksi pada Kamis (23/11/2023).
Tabrakan tersebut pertama kali terdeteksi saat instrumen Observatorium Gelombang Gravitasi Interferometer Laser (LIGO) menangkap sinyal lemah berupa riak di ruang-waktu.
Dinamakan GW 231123, tabrakan tersebut menghasilkan lubang hitam tunggal dengan massa lebih dari 225 kali massa Matahari.
Sebagai perbandingan, rekor sebelumnya mencatat massa hasil tabrakan "hanya" mencapai 142 kali massa Matahari.
Yang membuat peristiwa ini menarik perhatian peneliti adalah ukuran dari masing-masing lubang hitam yang bertabrakan.
Kedua ukuran tersebut berada di atas ambang batas massa maksimum yang biasanya dihasilkan dari runtuhnya satu inti bintang.
Menantang teori evolusi bintang
Dikutip dari Science Alert, Rabu (16/7/2025), fisikawan dan astronom dari Universitas Cardiff, Inggris, Mark Hannam, menjelaskan peristiwa GW 231123 dapat mengubah pemahaman mereka tentang cara pembentukan lubang hitam.
“Lubang hitam tersebut merupakan lubang hitam ganda paling masif yang pernah kami amati melalui gelombang gravitasi. Peristiwa ini menjadi tantangan bagi pemahaman tentang pembentukan lubang hitam,” ujar Hannam.
Ia menambahkan bahwa lubang hitam semasif itu tidak dapat dijelaskan melalui model evolusi bintang standar.
“Salah satu kemungkinannya adalah dua lubang hitam dalam pasangan ini terbentuk dari penggabungan lubang hitam yang lebih kecil sebelumnya,” lanjutnya.
Lewat analisis terhadap riak gravitasi, para astronom bisa mempelajari sifat-sifat lubang hitam yang menjadi bagian dari peristiwa tersebut.
Hal ini sangat membantu karena lubang hitam berukuran kecil dan sulit diamati secara langsung di ruang angkasa.
Dengan mempelajari data penggabungan lubang hitam, ilmuwan memperoleh informasi mengenai eksistensi dan sifat objek yang sebelumnya hanya bisa dipelajari melalui teori.
Lebih besar dari batas massa lubang hitam
Lubang hitam bermassa kecil umumnya merupakan sisa dari bintang masif yang meledak dalam supernova.
Inti bintang itu runtuh karena gravitasinya sendiri hingga menjadi sangat padat, bahkan cahaya pun tidak bisa lolos darinya.
Namun, proses ini punya batas. Di atas massa tertentu, bintang justru akan meledak dalam fenomena yang disebut pair-instability supernova, yakni ledakan dahsyat yang menghancurkan inti bintang sepenuhnya dan mencegah terbentuknya lubang hitam.
Meski para ilmuwan belum sepakat soal batas massanya, angka tersebut diperkirakan antara 40 hingga 60 kali massa Matahari.
Namun, dalam beberapa kasus yang ditemukan beberapa tahun terakhir, ilmuwan menemukan lubang hitam yang melebihi batas tersebut, contohnya seperti peristiwa GW 231123.
Kedua lubang hitam berputar sangat cepat
Pada tabrakan GW 231123, para peneliti juga mencatat bahwa kedua lubang hitam yang bertabrakan berputar sangat cepat, bahkan hampir mencapai batas putaran teoritis.
Kecepatan rotasi ini sedikit mempersulit analisis sinyal, namun bisa memberi petunjuk tentang asal-usul dari lubang hitam tersebut.
Ketika dua lubang hitam bergabung, objek hasilnya biasanya memiliki rotasi lebih cepat. Para ilmuwan menduga bahwa tingkat rotasi ini bisa menjadi penanda apakah lubang hitam tersebut merupakan hasil dari penggabungan sebelumnya atau tidak.
Masih dibutuhkan analisis lanjutan untuk memahami sepenuhnya peristiwa GW 231123. Namun, para ilmuwan meyakini bahwa peristiwa ini dapat menjadi bukti penting untuk menguji dan memperkuat teori pembentukan lubang hitam.
Petunjuk lubang hitam supermasif terbentuk
Tabrakan ini juga bisa memberikan petunjuk penting mengenai bagaimana lubang hitam supermasif terbentuk.
Sampai saat ini, para ilmuwan belum sepenuhnya memahami bagaimana lubang hitam bisa berkembang dari objek bermassa bintang menjadi raksasa bermassa jutaan kali yang menghuni pusat galaksi.
“Butuh waktu bertahun-tahun bagi komunitas untuk mengungkap pola sinyal yang rumit ini dan semua implikasinya,” kata Fisikawan dari University of Birmingham, Inggris, Gregorio Carullo, dikutip dari Science Alert.
"Meskipun penjelasan yang paling mungkin adalah penggabungan lubang hitam, skenario yang lebih kompleks bisa menjadi kunci untuk menguraikan fitur-fitur yang tidak terduga," lanjutnya.
Sumber: kompas.com