Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Perlukah Kebaikan Punya Penonton?

| August 14, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-14T03:49:06Z



Alamanahjurnalis.com - JAKARTA - Di era serba terkoneksi ini, kamera dan ponsel adalah dua sekawan yang sering menjadi “teman wajib” setiap kali kita berbuat baik.


Entah sedang berbagi sembako, membantu korban bencana, atau memberi santunan, hampir selalu ada momen yang direkam, di-edit, lalu diunggah. Begitu dijadikan konten dan diposting, banjir like dan komentar pun datang. Pertanyaannya, apakah nilai sebuah kebaikan bergantung pada berapa banyak orang yang melihatnya?


Dokumentasi bukan hal buruk. Foto dan video bisa jadi inspirasi, memicu orang lain lalu ikut peduli dan berbagi. Bahkan, di beberapa momen, publikasi dibutuhkan untuk menggalang bantuan lebih luas.


Namun, garis pemisah antara “tulus membantu” dan “mencari validasi” sering tipis sekali. Kadang fokus bergeser bukan lagi soal membantu, tapi soal memastikan angle yang pas, cahaya tepat, dan caption menyentuh hati.


Kebaikan yang butuh penonton itu ibarat makan di restoran mahal, tapi lebih sibuk memotret makanan daripada menikmatinya.


Fotonya mungkin cantik, tapi rasa aslinya kita lewatkan. Sama halnya, kalau niat berbagi tergeser oleh obsesi untuk terlihat baik di depan publik, esensi dari kebaikan itu sendiri bisa hilang di balik kamera yang hanya berfungsi sebagai kosmetik.


Ada kalanya membiarkan kebaikan berjalan tanpa sorotan kamera justru membuatnya terasa lebih murni. Energi kita tersalur penuh ke orang yang dibantu, tanpa terbagi memikirkan publikasi. Bahkan, kebaikan yang hanya diketahui oleh kita, Tuhan, dan penerimanya, kerap menjadi yang paling tulus.


Orang yang dibantu pun akan merasa lebih dihargai, karena yang diutamakan adalah martabatnya, bukan cerita dramanya untuk konsumsi publik.


Dan kalau pun kita tak terlibat langsung, kita tetap bisa berbuat baik: transfer donasi, bantu sebarkan info, atau kirim pesan dukungan. Kita pun bisa melatih diri melakukan kebaikan kecil sehari-hari tanpa mengabarkannya ke siapa pun, menahan diri untuk tidak selalu memamerkan.


Pada akhirnya, kebaikan sejati tak diukur dari jumlah penonton, tapi dari tulusnya hati yang memberi, dan dari jejak positif yang kita tinggalkan di hati orang lain.


Sumber: netralnews.com

×
Berita Terbaru Update