Alamanahjurnalis.com - Teknologi AI kini memungkinkan siapa saja tampil aesthetic dalam sekejap, tapi di balik foto sempurna itu tersimpan pertanyaan: masihkah kita bisa membedakan nyata dan ilusi?
Kecanggihan AI dalam fitur edit foto, seperti yang disediakan Gemini, memang menawarkan pengalaman baru bagi pengguna. Namun, trend ini juga memunculkan persoalan besar soal privasi dan keamanan data digital.
Edit Foto AI dengan Idola : Kreatif, Seru, tapi Jangan Lupa Etikanya, ya!
Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini lagi jadi bahan obrolan hangat di media sosial, khususnya soal fitur edit foto. Hanya dalam hitungan detik, siapa pun bisa membuat potret dengan kualitas super realistis, mulai dari sekadar gaya kasual hingga momen seakan-akan bareng artis idola.
Awalnya, teknologi ini diciptakan untuk mendukung ilustrasi, desain, sampai promosi bisnis. Sayangnya, penggunaan yang kebablasan justru menimbulkan pro dan kontra.
Salah satu musisi Indonesia, Baskara Hindia turut menjadi sasaran editan foto yang merugikan. "Edit foto gue pake AI = block" ujar Baskara dilihat dari Instagram.
Kreativitas yang Bikin Lupa Batas
Banyak warganet menggunakan AI untuk bikin foto bareng idola, entah musisi, aktor, atau atlet. Meski sekilas terlihat lucu dan menghibur, masalah muncul ketika hasil editan dipakai di konteks yang terlalu personal, bahkan menampilkan pose - pose sensitif. Di titik ini, batas etika sering kali terabaikan.
Padahal, sosok publik figur tetaplah manusia biasa yang punya hak atas kenyamanan dan privasi. Apa yang dianggap seru oleh fans, belum tentu menyenangkan bagi orang yang jadi objek editan.
Bagi para selebritas atau atlet, foto editan berlebihan bisa merusak citra sekaligus reputasi mereka.
Lebih jauh lagi, hal ini bisa mengganggu kondisi emosional karena merasa tak dihargai. Publik figur memang hidup dalam sorotan, tapi bukan berarti mereka harus kehilangan hak privasi.
Belum lagi potensi salah paham di kalangan penggemar maupun media, yang bisa memperburuk hubungan idola dengan fans. Kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin tren ini berujung pada persoalan hukum.
Yuk, Lebih Bijak Memanfaatkan Teknologi
Sebagai pengguna, kita sebaiknya sadar diri sebelum ikut - ikutan tren ini. Pastikan editan yang dibuat tidak melecehkan, tidak menyinggung, dan tidak merugikan orang lain. Ada banyak cara untuk tetap kreatif: bikin editan positif, unik, atau bahkan edukatif. Dengan begitu, karya kita justru akan lebih dihargai.
Teknologi AI seharusnya jadi sarana untuk berkreasi sehat, bukan sarana mengaburkan batas antara hiburan dan pelecehan.
Seru Boleh, Asal Tetap Bermoral
Kalau kita bisa menjaga etika dan menghormati privasi, tren ini bakal jauh lebih positif, inspiratif, dan bermanfaat untuk semua pihak.
Sumber: beritanasional.com