Alamanahjurnalis.com - Kediri - Program Makan Bergizi Gratis Presiden Terpilih Prabowo mempunyai tujuan untuk meningkatkan ketahanan dan kesehatan anak dan ibu hamil, mencegah stunting dan kematian ibu saat melahirkan, menambah pertumbuhan ekonomi 1,6 persen hingga 2 persen, tambahan pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari serapan produk pertanian dan peternakan untuk program tersebut.
Menurut TKN Prabowo-Gibran, salah satu sumber dana yang bisa dipakai agar program tidak membebani APBN yaitu dana dari kasus yang sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht) sekitar Rp. 90 triliun.
Inkracht berasal dari bahasa Belanda, yang bunyi selengkapnya adalah inkracht van gewijsde. Inkracht artinya berkekuatan, sedangkan gewijsde artinya kekuatan tetap.
Dikutip dari laman pn-kuningan.go.id, bahwa putusan untuk melaksanakan suatu perbuatan, apabila tidak dilaksanakan secara sukarela, harus dinilai dalam sejumlah uang (Pasal 225 HIR / Pasal 259 RBg) dan selanjutnya akan dilaksanakan seperti putusan untuk membayar sejumlah uang.
Putusan yang berkekuatan hukum tetap adalah putusan Pengadilan Negeri yang diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara, putusan perdamaian, putusan verstek yang terhadapnya tidak dijadikan verzet atau banding; putusan Pengadilan Tinggi yang diterima oleh kedua belah pihak.
Program makan bergizi gratis Prabowo-Gibran sudah masuk dalam RAPBN 2025 mendatang yang kemungkinan besar akan menyasar daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) terlebih dahulu.
Dari pulau Sumatera hingga Papua, terdapat 52 daerah atau kabupaten yang masih masuk dalam kriteria daerah 3T. Dari jumlah tersebut, kepulauan Papua menyumbang paling banyak sebanyak 22 wilayah, nyaris 50% dari total daerah 3T. Program makan bergizi gratis ini bisa diregulasikan melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (KemendesPDTT)
Program ini menyangkut penggunaan anggaran yang besar dan prosesnya di lapangan yang tidak mudah sehingga harus ditangani secara serius. Hal ini dikarenakan melibatkan anggaran yang besar, distribusi, logistik dan monitoring yang tidak mudah, sehingga bisa dirasakan oleh anak-anak sekolah.
Jurnalis : Ninik Qurotul Aini