Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

120 Sejarawan-Arkeolog Dilibatkan di Penulisan Ulang Sejarah, Termasuk Guru Besar UI Susanto Zuhdi

| May 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-17T20:41:20Z


Alamanahjurnalis.com - JAKARTA - Kementerian Kebudayaan (Kemendikbud) sedang mengagas program penulisan ulang sejarah Republik Indonesia (RI). 

Proses penulisan tersebut turut melibatkan ratusan sejarawan, di antaranya Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Susanto Zuhdi yang menjadi Ketua Tim Penulisan Ulang Sejarah RI.

"Betul, ada 113 atau 117 ya, hampir 120 lah," kata Susanto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/5/2025). 

Menurut Susanto, program ini sudah dikerjakan sejak Januari 2025 lalu. Prosesnya tengah berjalan selama sekitar 5 bulan.

Ahli di bidang sejarah maritim dan sejarah nasional ini mengungkapkan dirinya turut didampingi dua sejarawan lain menjadi editor umum di program tersebut.

Dua sejarawan tersebut yakni Guru Besar dari Universitas Diponegoro (Undip) Singgih Tri Sulistiyono dan Guru Besar dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jajat Burhanuddin. 

"Waktu bulan Januari itu kita merumuskan kerangka acuan, ya kami bertiga, kami ini editor umum, jadi tidak hanya saya sendiri, jadi sebetulnya ada editor umum, Prof Singgih Tri Sulistiyono, dari Undip itu, kemudian Prof Jajat Burhanuddin itu dari UIN Ciputat," ungkapnya. 

"Jadi itu kami merumuskan kerangka acuannya, garis besarnya, kemudian diberikan ke 20 editor jilid, karena ada 10 jilid yang akan ditulis, nah itu mereka lalu merumuskan lagi, terus ya on going process, sampai sekarang ya sudah 60-70 persen," sambung Susanto.

Bukan hanya sejarawan, namun proses penulisan ulang sejarah RI juga melibatkan para arkeolog di Indonesia. 

Kemudian, ia mengungkap, banyak sejarawan muda yang dilibatkan dalam program ini.

"Bahkan itu tidak hanya sejarah ya, artinya arkeologi ya, karena kan periode-periode lama kan itu arkeolog yang berperan," ujarnya. 

Susanto merincikan, dalam 10 jilid buku sejarah versi terbaru tersebut akan menjelaskan sejak periode prasejarah hingga era manusia kontemporer di Indonesia. 

Asal-usul nenek moyang serta percampuran budaya dengan dunia luar juga akan turut dimuat.

"Jadi kita mencari asal-usul memberikan penggambaran ya identitas kita sebagai bangsa, sejak awal tadi itu sampai masa kontemporer, begitu," tuturnya. 

Menurutnya, perjalanan jatuh bangun bangsa Indonesia juga akan dimuat dalam penulisan ulang sejarah RI ini. 

"Ya kan pengalaman bangsa ini kan jatuh bangun ya kan, nggak ada yang bagus, yang buruk, ya sejarah itu kan cermin sebetulnya gitu, ya kita harus jujur dengan sejarah kita kalau kita mau maju, kita mau maju harus mempelajari sejarah kan, apapun sejarah yang pernah kita miliki gitu ya, ini kan bangsa yang cerdas, bangsa yang pandai mengambil pelajaran dari sejarah, bukan begitu," jelas Susanto.

"Ya nanti tunggu aja apa yang nggak akan kita tulis gitu," tegas Dosen di Fakultas Ilmu Budaya UI ini. 

Diketahui, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menjelaskan penulisan ulang sejarah Indonesia akan menghasilkan narasi versi terbaru yang bakal dirilis 17 Agustus 2025 nanti.

Fadli menyebut pemerintah sedang menulis ulang sejarah nasional Indonesia dan sejarah periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta Joko Widodo (Jokowi) akan dimasukkan ke versi terbaru nanti.

"Ya, semua yang perlu di-update, kita update. Misalnya, periode terakhir itu periode sebelum Pak SBY kalau enggak salah. Nanti tentu ditambahkan," ujar Fadli Zon di Istana, Jakarta, Senin (5/5/2025). 

Menurut Fadli Zon, sejarah Indonesia perlu ditulis ulang karena sejarah nasional terakhir kali ditulis pada era sebelum Presiden SBY. 

Maka dari itu, Fadli Zon ingin menambahkan kepemimpinan periode-periode setelahnya, termasuk sampai era Jokowi.

Dia memaparkan, penulisan ulang sejarah ini dilakukan dalam rangka memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia. 

Menurutnya, sejarah Indonesia terakhir kali ditulis pada tahun 2012 silam, sehingga sudah perlu ditambah lagi. 

"Kita akan update dan menambah beberapa jilid, tentu mendasarkan kepada buku-buku yang sudah ada," ucapnya.

Sumber: kompas.com
×
Berita Terbaru Update