Alamanahjurnalis.com – Komitmen Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia kembali ditegaskan melalui sinergi antar lembaga, mulai dari Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), hingga Bank Indonesia (BI). Fokus penguatan diarahkan pada literasi, perluasan inklusi, serta pembangunan ekosistem halal yang berkelanjutan.
Hal tersebut mengemuka dalam Talk Show Penguatan Literasi Ekonomi Syariah (Eksyar) yang berlangsung di Hotel Aston, Kota Pekalongan, Jumat (22/8/2025). Acara ini menghadirkan Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS, Sutan Emir Hidayat; Ketua Umum MES Kota Pekalongan, Andi Arslan Djunaid; serta Kepala Perwakilan BI Tegal, Bimala.
Sutan Emir Hidayat menegaskan bahwa tingkat literasi ekonomi syariah di Indonesia sudah menunjukkan perkembangan positif. Namun, inklusi masih menjadi tantangan besar yang harus diatasi.
“Indeks literasi kita sudah baik, tapi inklusi masih rendah, baru sekitar 12–13 persen. Jadi masyarakat tahu produk syariah, tetapi belum banyak yang menggunakannya,” ujarnya.
Menurut Emir, perluasan akses layanan keuangan syariah menjadi kunci, salah satunya melalui digitalisasi. Koperasi syariah dan BMT kini mulai meluncurkan layanan berbasis mobile banking agar masyarakat lebih mudah bertransaksi.
“Masyarakat tidak cukup hanya paham, tapi juga harus mencoba. Kalau tidak digunakan, ekonomi syariah sulit berkembang,” tegasnya.
Ia juga menyebut enam sektor utama penggerak ekonomi syariah: industri halal, fesyen muslim, pariwisata ramah muslim, obat dan kosmetik halal, keuangan syariah, serta media islami. Penguatan enam sektor tersebut harus ditopang oleh lima faktor penting, yakni volume transaksi, inovasi, literasi/awareness, dampak sosial, dan regulasi.
Sementara itu, Ketua Umum MES Kota Pekalongan, Andi Arslan Djunaid, menilai peluang bisnis syariah di Indonesia masih sangat besar, meski minat masyarakat belum sepenuhnya optimal.
“Potensinya luar biasa, tapi masyarakat belum banyak yang menekuni bisnis syariah. Inilah peran MES, KNEKS, BI, dan OJK untuk mendorong akselerasi,” katanya.
Menurutnya, Pekalongan memiliki modal besar untuk menjadi pusat penggerak ekonomi syariah, terutama di sektor fesyen muslim dan industri halal, mengingat kota ini sudah dikenal sebagai pusat perdagangan tekstil dan batik.
Senada dengan hal itu, Kepala Perwakilan BI Tegal, Bimala, menekankan pentingnya kolaborasi dalam membangun ekosistem syariah.
“Eksyar adalah langkah BI untuk mendorong pemahaman sekaligus praktik nyata ekonomi syariah. Namun, ini tidak bisa dilakukan sendiri. Harus ada sinergi dengan MES, pemerintah daerah, hingga OJK,” ujarnya.
Bimala berharap kegiatan ini menjadi pemicu agar masyarakat tidak hanya mengenal, tetapi juga aktif bertransaksi dan mengembangkan usaha berbasis syariah.
Seiring konsistensi penguatan, posisi Indonesia dalam State of Global Islamic Economy Indicator (SGEI) terus menanjak. Jika pada 2018 masih berada di peringkat ke-11, kini Indonesia sudah menempati posisi ketiga. Pemerintah menargetkan dapat meraih peringkat pertama pada 2029 sebagaimana tertuang dalam RPJMN.
Sumber: beritanasional.id