Alamanahjurnalis.com - Rangkaian peringatan Hari Kebudayaan,l Nasional, 17 Oktober 2025 yang digelar Direktorat Bina Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (TYME) Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan Tradisi, Kementerian Kebudayaan, diawali dengan kegiatan ruwat nusantara atau doa lintas iman, agama dan kepercayaan terhadap TYME di Yogyakarta, (17/10).
Dua orang utusan penghayat kepercayaan Lalang Rondor Malesung (Laroma), yaitu Iswan Sual dan Stenli Ondang, turut menjadi pengisi acara, yang dilaksanakan 15-18 Oktober 2025 tersebut. Menariknya, keduanya dipercayakan membawakan doa pembukaan kegiatan.
"Kami kaget diundang, namun bangga karena dipercayakan suatu tanggung jawab yang besar, yakni mendoakan bangsa dan negara. Khususnya terkait upaya-upaya pemajuan kebudayaan nusantara," kata Sual.
Dirinya merasa beruntung karena bisa ketemu dan berjabat tangan langsung dengan Menteri Kebudayaan serta para seniman dan budayawan perwakilan seluruh Indonesia. Ia bersyukur juga bisa hadir dalam acara lain seperti Karnaval Ragam Budaya Nusantara, Panggung Seni Budaya Nusantara, Seminar Sejarah Budaya Nusantara, Pameran Warisan Budaya Nusantara dan Workshop Pusaka Budaya Nusantara.
"Terima kasih Bapak menteri yang sudah melibatkan penghayat kepercayaan dan masyarakat adat. Berdoa seperti yang kami lakukan itu adalah tantangan luar biasa. Semakin meyakinkan saya bahwa Tuhan sebenarnya hadir di setiap komunitas dan budaya," tandasnya.
Diharapkannya, Hari Kebudayaan Nasional kian jadi daya pendorong dalam kerja-kerja kebudayaan. Apalagi banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan dalam kaitannya dengan objek-objek pemajuan kebudayaan. Adapun Hari Kebudayaan Nasional ditetapkan jatuh pada 17 Oktober berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 162/M/2025.
Tanggal 17 Oktober dipilih karena bertepatan dengan lahirnya Bhinneka Tunggal Ika dan hari ditandatanganinya peraturan pemerintah tentang lambang negara Garuda Pancasila oleh Presiden Soekarno pada 1951. Penetapan ini merupakan pengakuan negara terhadap peran strategis kebudayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebudayaan diakui sebagai salah satu pilar pembangunan yang harus diperhatikan untuk kemajuan bangsa.
Ada lima tetua adat yang didaulat menyampaikan doa menurut keyakinan dan bahasa masing-masing. Para tetua adat, yakni Sondang Sitorus dari Panguan Parmalim. Yanus Pulu Ratujawa dari Marapu Sumba Timur. Abah Widia dari Kampung Adat Lingkungan Puwawirahma Cireundeu. Hendrikus Balsono Riang dari Ketemenggungan Dayak Iban Jalai Lintang. Iswan Sual dari Laroma, Minahasa.
Dalam Ruwatan, setiap perwakilan komunitas adat diberikan kesempatan untuk menata sesajian atau mper di meja lantas melatunkan doa-doa untuk kebaikan negeri, bangsa dan negara. Diketahui, kegiatan dipusatkan di kompleks museum Benteng Verdebrug Daerah Istimewa Yogyakarta. Tampak suasana kegiatan disaksikan banyak masyarakat. Apalagi ketika Menteri Kebudayaan, Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha bersama utusan Sultan Hamengku Buwono juga hadir dari awal hingga akhir. (eka egeten)
Sumber: manadoxpress.com