Alamanahjurnalis.com - Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menegaskan urgensi penyelesaian paradoks energi nasional dalam forum Refleksi Akhir Tahun 2025 di Kompleks Parlemen.
Ia menilai keberlimpahan sumber energi domestik belum memberikan dampak optimal akibat ketergantungan besar pada impor.
Ia menekankan spektrum kegiatan kelembagaan meliputi isu energi, lingkungan hidup, serta krisis iklim. Menurut dia, Indonesia memiliki sumber energi fosil maupun terbarukan yang kaya.
“Kita memang mensyukuri Indonesia sebagai negara memiliki sumber-sumber energi yang besar sekali," ujar Eddy di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (25/12/2025).
Meski demikian, ia mengingatkan paradoks tetap terjadi karena impor masih mendominasi pasokan harian. Ia menilai kondisi tersebut menghambat kemandirian energi jangka panjang.
“Saya sudah tidak mau lagi menggunakan istilah perubahan iklim karena hari ini kita sudah merasakan Indonesia sudah berada di tahap krisis iklim," tuturnya.
Hal itu dikaitkan dengan anomali cuaca ekstrem di berbagai wilayah yang memicu kerusakan lingkungan serta gangguan perekonomian.
Eddy menempatkan transisi energi sebagai instrumen kunci penanganan paradoks nasional.
“Jika kita kembangkan hal ini, kita bisa satu mengurangi ketergantungan kita pada impor," katanya.
Dia juga menilai pengembangan energi terbarukan memberikan peluang besar bagi penciptaan green jobs, manufaktur domestik, serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Ia juga menyoroti progres perencanaan listrik jangka panjang. Target 52 GW pembangkit bersumber energi terbarukan hingga 2034 ia nilai strategis bagi transformasi struktur energi nasional.
Dia melihat peluang besar bagi ekonomi karbon, inovasi CCS–CCUS, serta peningkatan penyerapan tenaga kerja berbasis teknologi hijau.
"Oleh karena itu, saya mendorong bahwa kebutuhan kita mengembangkan energi terbarukan itu tidak boleh luput, kita tidak boleh tertinggal lagi, tidak boleh lengah lagi," tandasnya.
Sumber: beritanasional.com

