Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menelusuri Jejak Antisemitisme: Muasal Prasangka dan Kebencian Terhadap Yahudi

| November 08, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-08T00:08:54Z


Alamanahjurnalis.com - Antisemitisme mulai merebak lagi seiring pasukan Israel tak henti menyerang Gaza dengan dalih membalas tindakan Hamas, yang menyerang wilayah mereka pada 7 Oktober 2023. Lebih dari tiga pekan mereka menggempur kawassan sipil Gaza, yang menyebabkan 8 ribu orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka.

Di Los Angeles, misalnya. Seorang pria berteriak "bunuh orang Yahudi" dan mencoba masuk ke rumah sebuah keluarga. Di London, anak-anak perempuan di taman bermain diberitahu bahwa mereka adalah "Yahudi busuk" dan harus menghindari perosotan.

Di Cina, unggahan yang menyamakan orang Yahudi dengan parasit, vampir, atau ular menjamur di media sosial, menarik ribuan tanggapan “suka”.

Apa itu Antisemitisme

Dikutip dari Encyclopedia, kata antisemitisme berarti prasangka atau kebencian terhadap Yahudi. Holocaust, pembantaian dan pembunuhan terhadap kaum Yahudi Eropa yang didukung oleh pemerintah Jerman Nazi dan kolaboratornya dari tahun 1933 hingga 1945, merupakan contoh antisemitisme paling ekstrem dalam sejarah.

Pada 1879, jurnalis Jerman Wilhelm Marr memperkenalkan istilah antisemitisme, yang berarti kebencian terhadap kaum Yahudi, dan juga kebencian terhadap beragam tren politik liberal, kosmopolitan, dan internasional pada abad ke-18 dan ke-19 yang sering dikaitkan dengan kaum Yahudi. 

Tren yang sering mendapat serangan di antaranya persamaan hak warga sipil, demokrasi konstitusional, perdagangan bebas, sosialisme, kapitalisme keuangan, dan pasifisme.

Antisemitisme di Eropa  
Namun, kebencian khusus terhadap kaum Yahudi sudah ada sejak sebelum zaman modern dan sebelum istilah antisemitisme muncul. Salah satu manifestasi antisemitisme paling umum dalam sejarah adalah kerusuhan anti Yahudi atau pogrom. 

Dikutip dari History, pogrom biasanya dilakukan oleh penduduk lokal non-Yahudi terhadap tetangga mereka yang Yahudi. Pogrom seringkali didorong dan dibantu oleh pemerintah dan kepolisian.

Di era modern, kalangan antisemit menambahkan dimensi politik ke dalam ideologi kebencian mereka. Pada sepertiga terakhir abad ke-19, partai-partai politik antisemitisme dibentuk di Jerman, Prancis, dan Austria. Sepanjang tahun 1800-an dan awal 1900-an, orang Yahudi di seluruh Kekaisaran Rusia dan sejumlah negara Eropa lainnya menghadapi pogrom.

Setelah Revolusi Rusia, diperkirakan terjadi 1.326 pogrom di Ukraina, menyebabkan hampir setengah juta orang Yahudi Ukraina kehilangan tempat tinggal dan membunuh sekitar 30 ribu hingga 70 ribu orang antara tahun 1918 dan 1921. Pogrom di Belarus dan Polandia juga menewaskan puluhan ribu orang.

Antisemitisme era Nazi
Xenofobia abad ke-19, adalah gerakan voelkisch atau gerakan rakyat yang terdiri dari para filsuf, akademisi, dan seniman Jerman. Mereka menganggap semangat Yahudi sebagai hal asing bagi Germandom, dan membentuk pemikiran bahwa kaum Yahudi bukan Jerman atau non-Jerman. 

Para ahli teori antropologi rasial memberikan dukungan keilmuan yang tak ilmiah (pseudosains) terhadap gagasan ini. Partai Nazi, yang didirikan pada 1919 dan dipimpin oleh Adolf Hitler, memberi wadah ekspresi politik terhadap teori-teori rasisme. 

Pada tingkat tertentu, partai Nazi mendapatkan popularitas karena menyebarkan propaganda anti-Yahudi. Jutaan orang membeli buku Hitler yang berjudul Mein Kampf (Perjuanganku), yang menyerukan pembersihan kaum Yahudi dari Jerman.

Dengan naiknya Nazi ke tampuk kekuasaan pada 1933, partai ini memerintahkan pemboikotan ekonomi anti-Yahudi, melakukan pembakaran buku, dan menetapkan undang-undang diskriminasi anti-Yahudi. Pada 1935, undang-undang Nuremberg secara rasis mendefinisikan Yahudi sebagai “blood descendants” dan memerintahkan pemisahan total antara bangsa "Arya" dan bangsa "non-Arya”, sehingga hierarki yang bersifat rasis pun menjadi legal. 

Pada 9 November 1938, Nazi menghancurkan sinagoge dan jendela-jendela toko milik orang Yahudi di seluruh Jerman dan Austria. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan pogrom Kristallnacht atau malam kaca pecah. Peristiwa tersebut menandai terjadinya suatu transisi ke era pemusnahan, di mana genosida menjadi fokus utama antisemitisme Nazi.

Sumber : tempo.co
×
Berita Terbaru Update